Kamis, 12 Juni 2025

Antara Keseriusan, Kode, dan Etika

Kalau Prilly Latuconsina pernah bilang bahwa mencari uang lebih mudah daripada mencari jodoh, bisa dikatakan saya adalah salah satu wanita yang setuju dengan pernyataan itu. Selama 28 tahun saya hidup hal yang paling sulit saya pahami hingga saat ini adalah alur berpikir lawan jenis (laki-laki). Walaupun sulit, tapi saya terus mencoba hingga setiap kali berkenalan dengan orang baru maka di situ  saya juga belajar hal baru.

Dengan saya menulis opini ini, mungkin ada orang yang akan berpendapat bahwa saya belum bisa bersikap dewasa dan juga belum bisa mengontrol emosi. Saya tahu tulisan ini lahir dari pengalamaan hidup saya sendiri, mungkin akan ada yang bilang ini tidak jauh beda dari konten sindirian di medsos. Tapi pembaca yang budiman, saya izin menegaskan mungkin iya tulisan ini jadi salah satu media rilis emosi saya, daripada saya pendam dan jadi gila kan? Tapi hal lain yang perlu digarisbawahi adalah bahwa ini merupakan opini bebas dari pemikiran saya serta kritik dan saran. Entah kenapa daripada membuat konten sindiran di media sosial, saya lebih memilih menuangkannya dalam tulisan. Mengapa tulisan? Karena tulisan menurut saya memiliki ruang yang lebih luas sehingga bisa memuat penjelasan yang lebih banyak.

Dewasa ini saya rasakan hidup sebagai wanita itu memang berat. Pertama, perempuan di Indonesia terutama, dituntut untuk mencapai banyak hal secara tepat waktu sesuai usia ideal masyarakat Indonesia. Kedua, imbas dari tuntutan tepat waktu tentu harus ada usaha. Wanita "harus" meraih "capaian-capaian" itu dengan usahanya, versi wanita. Banyak informasi yang saya dapatkan melalui konten-konten edukasi di medsos. Ada yang bilang, "Jadi wanita jangan terlalu mengejar" atau "Jadi wanita harus pintar tarik-ulur". Adalagi yang bilang, "Jadi wanita jangan terlihat sangat mau di hadapan pria" dan masih banyak lagi. Saya yakin bahwa segala bentuk edukasi itu ada teorinya dan ada yang pernah praktik hingga berhasil.

Ada lagi yang bilang bahwa "Perempuan jangan mengejar laki-laki." Saya setuju dengan pernyataan tersebut, namun apakah perempuan tidak diberi kesempatan untuk mengusahakan? Allah beri contoh Ibunda Khadijah R. A. dalam mengusahakan Rasulullah SAW dengan caranya. Seorang wanita yang mencontoh cara Ibunda Khadijah, menurut saya tentu dia tidak main-main dengan usahanya. Juga, tidak main-main dengan niatnya.

Wanita dengan usaha dan keseriusannya. Lalu, bagaimana dengan respon orang yang ia usahakan? Sebelum ke arah sana, tentu kita harus meyakini bahwa Allah-lah yang membolak-balikkan hati. Allah juga yang memegang takdir dari setiap makhluk-Nya. Namun, sebagai makhluk sosial yang tidak hanya berhubungan dengan Tuhannya manusia juga berhubungan dengan sesama manusia lainnya. Akhlak manusia salah satunya tercermin melalui etikanya terhadap manusia lainnya.

Sejauh ini, informasi yang saya dapatkan, pria jika membalas chat kamu lama atau bahkan malah tidak dibalas berarti ia tidak tertarik. Jika dalam hubungan, si perempuan yang selalu inisatif maka artinya pria tidak terlalu tertarik. Ini sebuah kode yang diberikan untuk menjawab kode juga seharusnya. Menurut saya, hal ini lumrah terjadi jika memang dalam konteks perkenalan yang diniatkan untuk serius ataupun tidak dan dimulai secara smooth atau menggunakan kode juga. Dimulai dengan kode dijawab dengan kode, saya rasa itu adil.

Akan tetapi, jika wanita sudah mengungkapkan keseriusannya (lewat perantara tentunya) secara terang-terangan dan tetap sejalan dengan syari'at tapi dijawab dengan kode, saya rasa itu tidak adil. Atau kasus lain mungkin, keduanya sudah sama-sama tahu tujuan kenalannya adalah untuk melangkah ke jenjang yang lebih serius, tapi setelah kenalan malah tidak ada kabar dari si pria. Saya sangat setuju dengan pernyataan yang menyatakan bahwa "Jadi ataupun nggak jadi, tetap harus bilang. Karena dengan ngasih kabar adalah seminimal-minimalnya etika." Kenapa itu etika? Karena kita nggak pernah tahu, orang yang sebenernya nggak dikasih kabar ini beneran udah bisa move on apa dia malah nunggu?

Menurut saya ngasih kabar tentang keputusan itu bukan buat orang lain kok. Tapi untuk nama baik diri sendiri. Orang lain mungkin sudah bisa mahami dan sudah tahu jawabannya lewat kode-kode yang bahkan nggak jelas itu. Dalam linguistik ada yang namanya pragmatik. Pragmatik ini sederhananya agak sama dengan ilmu baca-baca kode. Ini bukan untuk laki-laki saja tapi untuk perempuan juga, orang lain mungkin paham maksud kamu, tapi apa hal lain yang orang lain bisa pahami lagi dari kamu kalau kamu nggak ngasih kabar secara jelas? Maaf saya harus bilang ini, tapi menurut saya kalau kamu begitu, kamu tidak beretika.

Sekian, sampai ketemu lagi di hikmah kehidupan berikutnya.

Yogyakarta, 12 Juni 2025

Tidak ada komentar:

Posting Komentar