Kamis, 01 Agustus 2013

Petualangan Imajinasi


JudulBuku      : Kado dari Kairo
Penulis             : Jauhar Ridloni Marzuq
Penerbit           : Media Sathira
Cetakan          : Pertama, Mei 2013
Ukuran           : 14 x 21 cm
Isi                   : xi + 298 halaman
ISBN               : 978-602-18694-2-0

 Kado dari Kairo merupakan buku karyaJauhar Ridloni Marzuq. Buku ini berisi pengalaman-pengalaman penulis semasakuliah di bumi para Nabi juga perjuangannya dalam mendapatkan kuliah itu.

 Jauhar yang memiliki kecerdasan otakdan ilmu serta wawasan yang luas membuatnya mampu mendapatkan beasiswa untukbelajar di universitas Islam tertua di dunia. Namun tak semudah membalikkan telapak tangan, untuk mendapatkan itusemua Jauhar harus di uji berkali kali dengan hal yang tak diduga-duga.

 Jika kado identik dengan hal yangmanis lagi romantis, maka dalam buku ini Anda tak akan pernah menemukan halitu. Tak seperti Andrea Hirata yang menerjemahkan sainsnya dalam sastraberbalut majas yang hiperbola, juga tak seperti Tere Liye yang menebar cinta disetiap kata-katanya. Karena ‘kado’ di sini bukanlah suatu pokok yang menjadi alurcerita di dalamnya, tetapi sebuah ilmu yang penulis berikan melalui wawasannya.Buku ini sebenarnya hanya untuk Ayah dan Ibu penulis yang telah empat tahunlebih berpisah dengan anaknya, menjadi kado paling romantis ketika penuliskembali ke pangkuan Ibu Pertiwi.

 Tapi penulis pikir mungkin buku iniakan jauh lebih bermanfaat apabila dikonsumsi oleh khalayak ramai.
UntukAnda yang mungkin berencana mengejar S1 di Al-Azhar University, buku ini akanmemberikan sedikit banyak gambaran tentang Al Azhar. Mulai dari asrama,ujiannya yang tak muat hingga memanfaatkan lapangan parkir, hingga potretdosen-dosen Al-Azhar yang begitu rendah hati dan sederhana. Tak ketinggalanpenulis juga memaparkan sejarah berdirinya Al-Azhar juga sejarah tentang Negaradi mana Al-Azhar itu berdiri yang saya sendiri selalu lupa siapa dan dari dinastyapa.

Mesirmemang Ibu Peradaban Dunia, yang di dalamnya menyimpan nilai history yangbegitu tinggi. Penulis memaparkannya dengan sangat baik. Tanpa ada basa-basi,tak perlu majas-majas yang hiperbolik, yang ada hanya to the point namun mengena di hati.

BagiAnda yang sedang belajar Bahasa Arab, untuk menambah wawasan buku ini sedikitmenjelaskan kaidah-kaidah Bahasa Arab Ammiyah. Yaitu Bahasa Arab pasaran, ataukalau di pondok saya di sebut juga dengan bahasa rusak. Kalau di Indonesiamungkin disebut dengan bahasa gaul. Misalnya anta menjadi entaji’tu menjadi gi’tu. Bahasa Arab seperti ini tidak terlalu diajarkan dikebanyakan pondok di Indonesia, yang diajarkan yaitu bahasa Fushah atau bahasa resmi.

Dalambuku ini penulis menggunakan sudut pandang ‘saya’ dan ‘Anda’ yang terkesanlebih resmi dibanding ‘aku kamu’. Namun penggunaan ‘saya’ membuat buku initidak terkesan egois seperti penggunaan ‘aku’. Dan penulis lebih fokus padaobjek-objek menarik yang ia ceritakan berdasarkan pengalaman penulis. Tidakseperti kebanyakan novel yang memang menceritakan tentang seorang tokoh yangfokus pada perjalanan hidup tokoh hingga asmara sang tokoh. Buku ini memangbercerita tentang pengalaman penulis di Mesir tetapi bukan penulis yang menjaditokoh utama melainkan Mesir itu sendiri.

BudayaMesir menyambut Ramadhan diceritakan dengan sangat cantik. Jika di Indonesialampion digunakan untuk menyambut Hari Raya, tetapi di Mesir lampion digunakanuntuk menyambut bulan suci Ramadhan. Tentu saja di Mesir namanya bukan lampiontapi Fanous. Penulis pun takketinggalan menyampaikan sejarah dari Fanousitu sendiri. Pokoknya buku ini sarat dengan sejarah. Mungkin penulisnya memangsuka dengan sejarah. Di setiap lini penulis selalu bermain dengan sejarah.Sampai membuat saya bertanya-tanya, dulu penulis nilai pelajaran TarikhIslam-nya dapat berapa? Mumtaz kali yaa..

Jikadi Indonesia Hari Raya disambut dengan sangat meriah. Seperti takbiran bersamadi masjid juga takbir keliling dengan obor yang dihias begitu menarik sertaminiatur berbau agama Islam yang menyala warna warni dengan lampu neonnya, takketinggalan petasan mahal yang diledakkan sana sini, ketupat, opor, dan jugaanimo mudik. Semua itu tak akan Anda temui di Mesir. Di Mesir takbiran tidakdikeraskan, bahkan penulis sampai ketinggalan shalat Ied ketika pertama kalishalat Ied di Mesir. Disebabkan penulis tak mendengar ada takbir berkumandangyang ia jadikan patokan akan dimulainya shalat Ied.

Yangpernah saya tahu ada beberapa Masisir (Mahasiswa Indonesia Mesir) yangmerayakan Idul Fitri dengan caranya yang unik. Karena mungkin saking kangennya dengan takbiran diIndonesia mereka takbiran sendiri di dalam flat¸dengan alat seadanya seperti galon aqua, botol sirup kosong , juga sendok yangdipukulkan dengan gelas, salah satu dari mereka ada yang menjadi vocalis danmerangkap sebagai sutradara. Mereka bertakbir bersama-sama penuh penghayatanjuga penuh rasa rindu Ibu Pertiwi. Tak lupa mereka mengabadikan  dalam sebuah video yang diedit denganucapan-ucapan yang bagi saya cukup membuat orang tersenyum ketika membacanya.

MenjadiMasisir memang sebuah pengalaman yang seru dan menyenangkan. Saya pun ingin,jika ada rezeki nanti.

Selamakita masih hidup, ke mana pun kaki melangkah kita masih tetap berada di bumiAllah. Ketika berada di luar negeri, rasa rindu terhadap bumi pertiwi memangtak mungkin terbendung. Dan di situlah kita mulai sadar betapa indahnya negerisendiri walau dirundung korupsi dan kolusi. Mesir yang hanya punya Nil,tentunya iri dengan hijaunya hutan kita, tambang kita, alam kita, nusantara.

BagiAnda yang belum diberi kesempatan oleh Allah untuk mengunjungi Bumi Para Nabiini, bacalah Kado dari Kairo, Jauhar Ridloni Marzuq akan membawa Andaberpetualang bersama menemui titisan Cleopatra. Ketika saya membaca ‘PesonaKota Alexandria’ saya tertidur kemudian bermimpi berada di kota pantai nanindah tersebut. Mesir yang punya banyak julukan itu, saya pribadi menjulukinyasebagai Negeri Impian.

Kadodari Kairo, buku yang menjadi kado bagi Ayah dan Ibu penulis ini, kalau bolehsaya Ge Er saya pun menganggapnya sebagai kado untuk saya di liburan akhirtahun ajaran ini. Belum bisa mengunjungi Mesir secara langsung seperti yangdilakukan beberapa kakak kelas melalui program study tour, tapi tak apa. Karena buku ini telah membawa saya keNegeri Impian melalui imajinasi dan mimpi.

Terimakasih atas kadonya…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar