Senin, 08 Agustus 2011

Cerpen 1#Terima Kasih, Allah


“Huuu, dingin!!! Brr!!” keluh Ziyas dari balik rumah kardusnya. Jam taman kota menunjukkan pukul 03.00 WIB. “Krucuk-krucuk,” ada sesuatu yang berbunyi di dalam perut Ziyas. “Aduh, sudah waktunya makan sahur. Perutku lapar sekali setelah maghrib tadi tak satu pun makanan masuk dalam perutku. Lebih baik aku cari saja,” gumam Ziyas.

Di sepanjang jalan taman kota yang lembab karena embun, Ziyas menyusuri dengan mata jelalatan mencari makanan ‘sisa’. “Aha!! Ada tempat sampah,” soraknya gembira. Dengan tangannya yang lihai dan cekatan, Ziyas mengais-ngais isi tempat sampah itu. Tak lama kemudian ia menemukan dos makan kuning bertuliskan “Yogya Chiken”. Di dalamnya masih terdapat nasi separuh porsi, sambal yang bercecer dan tulang ayam dengan sedikit daging yang menempel. Tanpa ba bi bu Ziyas memakan temuannya dengan lahap. Tanpa cuci tangan, dengan baju compang camping lesehan di latar taman kota.

Tiba-tiba,”Nak, itu kan makanan kotor. Kenapa kamu makan?” Tanya seorang ibu tak dikenal. “Biarlah, Bu. Tidak apa yang penting perut saya bias diganjal,” jawab Ziyas sekenanya. “Kenapa tidak beli yang lebih bersih?” ibu itu mencari tahu. “Saya tidak punya uang, Bu. Setelah kemarin hasil ngamen saya dipalak preman daerah sini,” tutur Ziyas sedih. “Ya Allah, kasihan sekali kamu. Di mana orang tuamu, Nak?” ibu itu heran bercampur iba. Hening sejenak, kemudian terdengar hembusan nafas berat dari Ziyas. “Oh, maaf jika ibu menyinggung perasaanmu, Nak,” kata ibu itu buru-buru. “Tidak, Bu. Saya dibuang,” terang Ziyas ringkas mencoba tabah.

“Maaf, Nak jika ibu membuatmu sedih. Ini, ibu ada sedikit nasi dan lauk untukmu. Diterima ya,” ibu itu menyerahkan rantang bawaannya. Sebelum Ziyas sempat berterima kasihibu itu telah jauh berlalu.

Ziyas buka rantang bawaan ibu itu, berisi oseng tempe, mendoan, ayam bacem dan kerupuk. “Alhamdulillah, subhanallah… trima kasih ya Allah, Engkau telah member Ziyas makanan enak,” sebutnya. Ziyas makan dengan lahap. Tapi belum habis sepermempat porsi sudah ada orang yang mengusiknya. “Heh, dapet makanan enak dari mana loe? Sini bagi ke gue!! Kata seseorang bercelana jeans robek-robek, berantai, dan berjaket kumal tak pernah dicuci.

“ Eh, enak aja. Ini kan punyaku. Kalau mau minta baik-baik dong, kalau cara kamu nggak baik cari aja sendiri,” sergah Ziyas. “Berani loe ama gue. Kasiin cepet!!” perintah preman itu. “Enggak!!” bantah Ziyas. “Kurangajar loe,” tanpa diduga-duga benda mengkilat muncul dari saku celana jeans si preman. Satu jurus saja, perlahan namun berkelabat begitu saja dn benda itu bersarang di perut kiri Ziyas. “Aaaaaaaaaa!!!” teriak Ziyas. Tanpa berpikir lebih lama, si preman berlari tinggalkan Ziyas yang terkapar. Dalam gelap subuh-Nya, mengerung rana tangisan bocah tak berdosa menjemput ajalnya dengan tegar. “Allah, terima kasih atas rizki-Mu pagi ini, lailahailallah…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar