السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Apa kabar sahabat? Semoga kalian baik-baik saja ya. Aku baik, alhamdulillah.
Saat ini aku sedang santai. Ujian, alhamdulillah sudah kelar. Sekarang aku nggak sekolah. Libur sebulan lebih, beuh. Bosen? jelas pernah. Stress? iyalah, belum pengumuman soalnya.
Di sela-sela liburku, tentunya aku mencoba mencari aktivitas yang bisa membuatku sedikit lebih segar :D. Tadi itu aku coba-coba bikin paperquilling, bagus lhoo, ibuku suka :). Dan yang paling berkesan itu bikin artikel. Hehe, bikin artikel pertama kali emang susyah, aku akuin susyah banget. Apa lagi kalau sudah aku sodorkan ke para pakarnya.
Aku pengen suatu saat nanti artikelku bisa dimuat di Qommunity Radio Network. Aku sodorkan artikel itu ke Kak Jauhar Ridloni Marzuq, dia adalah kontributor naskah sekaligus kru Qommunity. Pengen tahu nggak dia bilang apa?Ini dia:
Pertama, untuk tulisan bersifat renungan, tulisan ini mungkin kurang menyentuh. Jika yang diingkan adalah tulisan reflektif, maka harus ada sumber dari ayat al-Quran atau Hadis, minimal dua. Lebih bagus lagi kalau ditambah dengan kisah-kisah yang mendukung dari para sahabat atau ulama-ulama klasik.
Kedua, antara cerita dengan hikmah yang diambil terkesan agak jauh. Kurang nyambung. Judulnya pun kurang pas dengan tulisan yang kamu angkat. Coba cari judul yang lebih pas dengan isi cerita dan hikmah yang aku ambil dari cerita itu.
Ketiga, dari sisi cara penulisan, sudah bagus. Mengalir dan enak dibaca. Tapi urutan masalahnya kadang-kadang kurang runut. Misalnya saja dari ajakan untuk bersatu dan tidak berbuat mabuk-mabukan dll (ini termasuk masalah akhlak), kamu beralih ke masalah jihad. Setelah itu sedikit menyentuh masalah liberalisme, dan balik lagi ke masalah akhlak. Penggunaan diksi dan pemilihan kata juga ada beberapa yang kurang tepat.
Keempat, tulisan ini sudah aku edit. Urutan dan pemilihan katanya sudah aku ubah sesuai yang menurutku lebih tepat. Ada beberapa bagian yang aku hapus karena menurutku tidak penting dan justru mengaburkan cerita.
Kelima, teruslah menulis, karena menulis adalah salah satu bentuk ibadah. Gudlak!
Aku : Ada kucing om?
Kak Jo: Apanya fin?
Aku : Gapapa om, ga jadi.
# ini gak penting banget, ternyata aku salah baca. Kak Jo bilang, "Gudlak" eh, aku bacanya "Gludak". Tak pikir ada kucing ngono lhoo.
Oke, yang kedua aku sodorin ke Kak Epi S. S.Pd. Wuih, artikel dia udah mampang di banyak harian. Kedaulatan Rakyat, pernah. Salah satu harian di Bali juga pernah. Dia Alumni UNY Fak. Pendidikan Kewarganegaraan kalo nggak salah ^^v. Apa tanggapan beliau setelah menerima naskah asliku dan naskah yang sudah diedit Kak Jo? Ini dia:
gaya editnnya menurutlku bergaya fiksi, syarat makna sastra. kalau ku edit tulisnmu dlm gaya jurnalis, bnyak sekali yg salah.
crmati kata sambung, banyal kata yang salah, kurang huruf, cetak miring, alur logika
Fyuh, menulis artikel untuk pertama kali memang sulit, sahabat. Dari ini aku jadi inget kisahnya Alif Fikri dalam novel Ranah 3 Warna. Saat pertama kali dia membuat tulisan ilmiah dengan mentor Bang Togar yang terkenal galak, ya ampun. Dalam sehari dia harus bolak balik untuk ngedit tulisan yang setiap kali ia sodorkan ke Bang Togar selalu di coret dengan tinta merah dan membentuk tanda silang. Sabar, sabar.
Semangat!!! Pada akhirnya Alif bisa juga kok nulis ilmiah. Malahan bisa sampai diminta menulis untuk harian tertentu. Wow, keren ya? Pengen deh begitu ^^ Bersusah-susah dahulu bersenang-senang kemudian :) Amiin...
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar